SOSIALISASI POLITIK DALAM MASYARAKAT BERKEMBANG
By Andi Artawan Tommo
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan
rahmat dan hidayah-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah ini. Dan tak lupa
pula shalawat beriring salam kita hantarkan kepada Nabi Besar junjungan alam
yaitu Baginda Rasulullah SAW. yang telah membawa kita dari alam jahiliyah ke
alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan ini.
Kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan tugas makalah ini. Khususnya kami ucapkan kepada bapak.Drs.
Zulfan,M.Hum. selaku dosen mata
kuliah sosiologi politik, yang telah memberi tugas makalah ini sehingga sangat
memberi kami pelajaran akan hal-hal yang baru buat kami dalam penyusunan sebuah
makalah. Juga kami ucapkan kepada orang tua dan teman-teman kami yang senantiasa mendukung dan memotivasi
kami, serta memberi masukan-masukan yang sangat berguna dalam penyelesaian
tugas makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Tentu tidak lain adalah diakibatkan keterbatasan ilmu yang kami miliki.
Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang berguna bagi
penyempurnaan makalah ini untuk masa yang akan datang. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi penambahan ilmu pengetahuan kita semua.
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar..................................................................................................................
i
Daftar
Isi...........................................................................................................................
ii
BAB
I PENDAHULIAN................................................................................................. 1
1.1 Latar
Belakang Masalah.............................................................................................. 1
1.2 Rumusan
Masalah....................................................................................................... 1
1.3 Tujuan
Penulisan......................................................................................................... 1
BAB
II PEMBAHASAN................................................................................................. 2
1. Pengertian Sosialisasi.................................................................................................. 2
1.1 Pengertian Sosialisasi Politik................................................................................. 2
1.2 Pengertian Sosialisasi Politik Menurut Para Ahli.................................................. 3
1.3 Sosialisasi Politik Dalam Masyarakat Berkembang............................................... 3
2. Proses Dan Metode Sosialisasi Politik ....................................................................... 4
2.1 Proses Sosialisasi Beroperasi Pada Dua Tingkat................................................... 5
2.2 Proses Sosialisasi Politik Terbagi Dua................................................................... 5
2.3 Agen – Agen Sosialisasi Politik............................................................................ 7
3. Peran Dan Fungsi Sosialisasi Politik........................................................................... 8
BAB
III PENUTUP......................................................................................................... 9
3.1 Kesimpulan............................................................................................................ 9
3.2 Saran......................................................................................................................
9
DAFTAR
PUSTAKA....................................................................................................... 10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang Masalah
Kenyataannya bahwa sosialisasi politik
dalam masyarakat itu penting adanya, karena dengan adanya sosialisasi politik
maka, masyarakat akan dapat menerima apa itu politik dan ikut andil di dalamnya
sehingga dengan demikian maka akan terciptanya perubahan social, modernisasi
dan kemajuan dalam industrialisasi. Sehingga masyarakat yang berkembang tadinya
akan dapat menjadi masyarakat yang maju. Jadi, cara yang baik untuk
mensosialisasikan politik terhadap masyarakat berkembang yaitu dengan cara
menkombinasikan antara hal-hal yang baru dengan hal yang telah lama masyarakat
yakini, karena mustahil jika para politik ingin memusnahkan begitu saja sesuatu
yang tradisional dalam masyarakat tersebut secara cepat tanpa adanya
tahapan-tahapan yang jelas.
1.2 Rumusan
Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sosialisasi politik?
2. Bagaimana proses dan metode terjadinya
sosialisasi politik?
3. Apa sajakah peran dan fungsi sosialisasi
politik dalam masyarakat berkembang ?
1.3 Tujuan
Penulisan
1. Agar dapat
mengetahui secara lebih mendalam lagi apa yang dimksud dengan sosialisasi terutama, sosialisasi politik.
2. Dapat
mengetahui secara lebih baik bagaimana suatu proses sosialisasi politik itu
dapat terjadi.
3. Dan dapat
mengetahui peran dan fungsi sosialisasi politik dalam masyarakat berkembang.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
PENGERTIAN
SOSIALISASI.
Sosialisasi
adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu
generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok
atau masyarakat. Sejumlah sosiolog
menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan
(role theory). Karena dalam proses sosialisasi diajarkan peran-peran
yang harus dijalankan oleh individu.
1.1
PENGERTIAN SOSIALISASI POLITIK
Sosialisasi politik adalah cara-cara belajar seseorang terhadap
pola-pola sosial yang berkaitan dengan posisi-posisi kemasyarakatan seperti
yang diketengahkan melalui bermacam-macam badan masyarakat. Menurut Almond dan
Powell, sosialisasi politik sebagai proses dengan mana sikap-sikap dan
nilai-nilai politik ditanamkan kepada anak-anak sampai mereka dewasa dan
orang-orang dewasa direkrut kedalam peranan-peranan tertentu.
Greenstein dalam karyanya “International Encyolopedia of The Social
Sciences” mendefinisikan sosialisasi politik dalam 2 kategori yaitu:
a.
Definisi sempit.
sosialisasi politik adalah penanaman informasi politik yang
disengaja, nilai-nilai dan praktek-praktek yang oleh badan-badan instruksional
secara formal ditugaskan untuk tanggung jawab ini.
b.
Definisi luas.
sosialisasi
politik merupakan semua usaha mempelajari politik baik formal maupun informal,
disengaja ataupun terencana pada setiap tahap siklus kehidupan dan termasuk
didalamnya tidak hanya secara eksplisit masalah belajar politik tetapi juga
secara nominal belajar bersikap non politik mengenai karakteristik-karakteristik
kepribadian yang bersangkutan.
Easton dan Denuis, sosialisasi politik yaitu suatu proses perkembangan seseorang untuk mendapatkan orientasi-orientasi politik dan pola-pola tingkah lakunya.
Easton dan Denuis, sosialisasi politik yaitu suatu proses perkembangan seseorang untuk mendapatkan orientasi-orientasi politik dan pola-pola tingkah lakunya.
1.2 Pengertian Sosialisasi Politik
Menurut Para Ahli :
a. David F. Aberle
Dalam bukunya berjudul Culture
and Socialization, David F. Aberle mengemukakan bahwa sosialisasi politik
adalah pola-pola mengenai aksi sosial atau aspek-aspek tingkah laku yang
menanamkan pada individu-individu keterampilan-keterampilan, motif-motif, dan
sikap-sikap yang perlu untuk menampilkan peranan-peranan baik sekarang maupun
yang berkelanjutan sepanjang kehidupan manusia, sejauh peranan-peranan baru
masih harus terus dipelajari.
b.S.N.Eisendtadt
Dalam From Generation to Generation, S.N. Eisendtadt mengemukakan bahwa sosialisasi politik adalah komunikasi yang dipelajari manusia dengan siapa individu-individu yang secara bertahap memasuki beberapa jenis relasi-telasi umum.
Dalam From Generation to Generation, S.N. Eisendtadt mengemukakan bahwa sosialisasi politik adalah komunikasi yang dipelajari manusia dengan siapa individu-individu yang secara bertahap memasuki beberapa jenis relasi-telasi umum.
c.Denis Kavanagh
Denis Kavanagh mengemukakan bahwa sosialisasi politik adalah suatu proses di mana seseorang mempelajari dan menumbuhkan pandangannya tentang politik.
Denis Kavanagh mengemukakan bahwa sosialisasi politik adalah suatu proses di mana seseorang mempelajari dan menumbuhkan pandangannya tentang politik.
1.3
Sosialisasi Politik Dalam Masyarakat Berkembang
Negara-negara berkembang pada umumnya adalah
negara-negara bekas koloni atau jajahan negara-negara barat. Pada saat
penjajahan berlangsung, negara-negara kolonial tersebut memperkenalkan
lembaga-lembaga politik barat, birokrasi, kubudayaan, dan pendidikan. Persamaan
dalam sosialisasi politik antara negara-negara berkembang dan negara-negara
demokrasi modern adalah dalam hal identifikasi partai, penelitian terhadap
sosialisasi politik di Jamaika menemukan identitas partai yang kuat dikalangan
anak-anak sekolah, dimana anak-anak dari kalangan tertentu berkecenderungan
pada partai-partai tertentu dan anak-anak lain berkecenderungan pada partai
lainnya. Sedangkan pada sosialisasi orang dewasa didapatkan melalui
“Rumah-rumah Rakyat” yang menekankan masalah modernisasi, sekularisme dan
nasionalisme.
Hubungan hal lama
dengan yang baru jelas terlihat dimasyarakat berkembang. masa kemerdekaan
bergelut dengan nilai-nilai tradisional sehingga pasca kemerdekaan menjadi
campuran yang melekat kuat. Campuran yang kompleks dari hal-hal tradisional dan
modern.
Proses tradisional
dari sosialisasi terus menerus membentuk orientasi dan pola-pola tingkah laku
mayoritas rakyatnya sedangkan para pemimpin politik selalu berusaha
menghancurkannya yang dianggap sebagai suatu rintangan bagi kemajuan sehingga sosialisasi terpotong-potong karena
Masyarakat yang transisi modern dan tradisional.
LE VINE Mengemukakan 3 faktor penting dalam
sosialisasi Masyarakat berkembang yaitu :
- pertumbuhan penduduk dinegara berkembang dapat melaui kapasitas mereka untuk “memodernisir” keluarga tradisional lewat industrialisasi dan pendidikan.
- sering terdapat perbedaan yang besar dalam pendidikan dan nilai-nilai tradisional antara jenis-jenis kelamin (gender), sehingga kaum perempuan lebih erat terikat pada yang disebut belakangan ini : namun, ibu memegang peran penting dalam sosialisas dini dari anak.
- Pengaruh urbanisasi, yang selalu dianggap sebagai satu kekuatan perkasa untuk menumbangkan nilai-nilai tradisional, paling sedikitnya secara parsial juga terimbangi oleh peralihan dari nilai-nilai kedalam perkotaan, khususnya dengan pembentukan komunitas-komunitas kesukuan dan etnis di daerah ini.
2.
PROSES DAN METODE SOSIALISASI POLITIK
Perkembangan sosialisasi politik diawali pada
masa kanak-kanak atau remaja. Hasil riset David Easton dan Robert Hess
mengemukakan bahwa di Amerika Serikat, belajar politik dimulai pada usia tiga
tahun dan menjadi mantap pada usia tujuh tahun. Tahap lebih awal dari belajar
politik mencakup perkembangan dari ikatan-ikatan lingkungan, seperti
"keterikatan kepada sekolah-sekolah mereka", bahwa mereka berdiam di
suatu daerah tertentu. Anak muda itu mempunyai kepercayaan pada keindahan
negerinva, kebaikan serta kebersihan rakyatnya. Manifestasi ini diikuti oleh
simbol-simbol otoritas umum, seperti agen polisi, presiden, dan bendera
nasional. Pada usia sembilan dan sepuluh tahun timbul kesadaran akan konsep
yang lebih abstrak, seperti pemberian suara, demokrasi, kebebasan sipil, dan
peranan warga negara dalam sistem politik.
Peranan keluarga dalam sosialisasi politik
sangat penting. Menurut Easton dan Hess, anak-anak mempunyai gambaran yang sama
mengenai ayahnya dan presiden selama bertahun-tahun di sekolah awal. Keduanya
dianggap sebagai tokoh kekuasaan.
Easton
dan Dennis mengutarakan ada 4 (empat) tahap dalam proses sosialisasi politik
dari anak, yaitu sebagai berikut:
1. Pengenalan otoritas melalui individu tertentu,
seperti orang tua anak, presiden dan polisi.
2. Perkembangan pembedaan antara otoritas internal dan yang ekternal, yaitu antara pejabat swasta dan pejabat pemerintah.
2. Perkembangan pembedaan antara otoritas internal dan yang ekternal, yaitu antara pejabat swasta dan pejabat pemerintah.
3. Pengenalan mengenai
institusi-institusi politik yang impersonal, seperti kongres
(parlemen), mahkamah agung, dan
pemungutan suara (pemilu).
4. Perkembangan
pembedaan antara institusi-institusi politik dan mereka yang terlibat dalam
aktivitas yang diasosiasikan dengan institusi-institusi.
2.1 Proses sosialisasi beroperasi pada 2 tingkat:
a.
Tingkat Komunitas.
Sosialisasi
dipahami sebagai proses pewarisan kebudayaan, yaitu suatu sarana bagi suatu
generasi untuk mewariskan nilai-nilai, sikap-sikap dan keyakinan-keyakinan
politik kepada generasi berikutnya.
b.Tingkat
Individual.
Proses
sosialisasi politik dapat dipahami sebagai proses warga suatu Negara membentuk
pandangan-pandangan politik mereka. Dalam konsep Freud, individu dilihat
sebagai objek sosialisasi yang pasif sedangkan Mead memandang individu sebagai
aktor yang aktif, sehingga proses sosialisasi politik merupakan proses yang
beraspek ganda. Di satu pihak, ia merupakan suatu proses tertutupnya
pilihan-pilihan perilaku, artinya sejumlah kemungkinan terbuka yang sangat luas
ketika seorang anak lahir menjadi semakin sempit sepanjang proses sosialisasi.
Di lain pihak, proses sosialisasi bukan hanya merupakan proses penekanan.
2.2 Proses sosialisasi politik terbagi dua yaitu
:
A. Secara Tidak langsung :
1.
Pengoperasian Interpersonal.
Mengasumsikan
bahwa anak mengalami proses sosialisasi politik secara eksplisit dalam keadaan
sudah memiliki sejumlah pengalaman dalam hubungna-hubungan dan
pemuasan-pemuasan interpersonal.
2. Magang.
Metode
belajar magang ini terjadi karena perilaku dan pengalaman-pengalaman yang
diperoleh di dalam situasi-situasi non politik memberikan keahlian-keahlian dan
nilai-nilai yang pada saatnya dipergunakan secara khusus di dalam konteks yang
lebih bersifat politik.
3.
Generalisasi.
Terjadi
karena nilai-nilai social diperlakukan bagi objek-objek politik yang lebih
spesifik dan dengan demikian membentuk sikap-sikap politik terentu.
B. Sosialisasi secara langsung terjadi melalui:
1.
Imitasi.
Merupakan
mode sosiaisasi yang paling ekstensif dan banyak dialami anak sepanjang
perjalanan hidup mereka. Imitasi dapat dilakukan secara sadar dan secara tidak
sadar.
2.
Sosialisasi Politik Antisipatoris.
Dilakukan
untuk mengantisipasi peranan-peranan politik yang diinginkan atau akan
diperankan oleh actor. Orang yang berharap suatu ketika menjalani
pekerjaan-pekerjaan professional atau posisi social yang tinggi biasanya sejak
dini sudah mulai mengoper nilai-nilai dan pola-pola perilaku yang berkaitan
dengan peranan-peranan tersebut.
3.
Pendidikan Politik.
Inisiatif
mengoper orientasi-orientasi politik dilakukan oleh “socialiers” daripada oleh
individu yang disosialisasi. Pendidikan politik dapat dilakukan di keluarga,
sekolah, lembaga-lembaga politik atau pemerintah dan berbagai kelompok dan
organisasi yang tidak terhitung jumlahnya. Pendidikan politik sangat penting
bagi kelestarian suatu system politik. Di satu pihak, warga Negara memerukan
informasi minimal tentang hak-hak dan kewajiban yang mereka mliki untuk dapat
memasuki arena kehidupan politik. Di lain pihak, warga Negara juga harus
memperoleh pengetahuan mengenai seberapa jauh hak-hak mereka telah dipenuhi
oleh pemerintah dan jika hal ini terjadi, stabilitas politik pemerintahan dapat
terpelihara.
4.
Pengalaman Politik
Kebanyakan
dari apa yang oleh seseorang diketahui dan diyakini sebagai politik pada
kenyataannya berasal dari pengamatan-pengamatan dan pengalamn-pengalamannya
didalam proses politik.
2.3 Agen-Agen Sosialisasi Politik.
Adapun
sarana alat yang dapat dijadikan sebagai perantara/sarana dalam sosialisasi
politik, antara lain :
1. Keluarga.
2. Sekolah.
3. Partai politik .
3. Partai politik .
Selain
melalui keluarga, sekolah dan partai politik, sosialisasi politik juga dapat
dilakukan melalui peristiwa sejarah yang telah berlangsung (pengalaman
tokoh-tokoh politik yang telah tiada). Melalui seminar, dialog, debat dan
sebagainya yang disiarkan ke masyarakat tokoh-tokoh politik juga secara tidak
langsung melakukan sosialisasi politik.
2.4 Metode Sosialisasi Politik.
Metode
Sosialisasi dapat berupa pendidikan politik dan indoktrinasi politik.
a. Pendidikan Politik dilakukan melalui suatu proses dialog sehingga masyarakat memperoleh nilai, norma, dan simbol politik. Pada umunya, metode ini digunakan oleh negara-negara demokrasi.
b. Proses Indoktrinasi Politik ialah proses sepihak ketika penguasa memobilisasi dan memanipulasi warga masyrakat untuk menerima nilai-nilai, norma, dan simbol yang dianggap oleh pihak yang berkuasa ideal dan baik. Negara fasis dan negara komunis pada umumnya menggunakan cara-cara seperti ini.
3. PERAN DAN FUNGSI SOSIALISASI POLITIK
Sosialisasi politik
berperan mengembangkan serta memperkuat sikap politik di kalangan warga
masyarakat yang sadar politik, yaitu sadar akan hak dan kewajiban dalam
kehidupan bersama. Peranan tersebut melibatkan keluarga, sekolah, dan
lembaga-lembaga tertentu yang ada dalam masyarakat.
Adapun fungsi sosialisasi politik antara lain
untuk meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman masyarakat tentang
kehidupan politik, serta mendorong timbulnya partisipasi
secara maksimal dalam sistem
politiknya. Hal itu sejalan dengan konsep demokrasi, yaitu
pemerintahan dari, oleh, dan untuk
rakyat yang berarti rakyat harus berpartisipasi dalam
kehidupan politik.
Dalam bukunya yang berjudul Pengantar
Sosiologi Politik, Michael Rush dan Phillip
Althoff mengemukakan fungsi
sosialisasi sebagai berikut:
a.
Melatih individu
Sosialisasi politik melatih individu
dalam memasukkan nilai-nilai politik yang berlaku
di dalam sebuah sistem politik.
Pembelajaran mengenai pemahaman sistem politik suatu
negara pun diajarkan di bangku
sekolah. Hal ini dilakukan untuk menanamkan pemahaman
kepada semua warga negara sebagai
subjek dan objek politik. Dalam proses pembelajaran
politik tersebut dimungkinkan
individu untuk menerima atau melakukan suatu penolakan atas
tindakan pemerintah, mematuhi hukum,
melibatkan diri dalam politik, ataupun memilih dalam pemilihan umum.
b.
Memelihara sistem politik
Sosialisasi politik juga berfungsi untuk
memelihara sistem politik dan pemerintahan
yang resmi. Setiap warga negara
harus mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan sistem
politik. Pemahaman tersebut dapat
dimulai dari hal-hal yang mudah sifatnya, seperti warna
bendera sendiri, lagu kebangsaan
sendiri, bahasa sendiri, ataupun pemerintah yang tengah
memerintahnya sendiri. Melalui
pemahaman tersebut, setiap warga negara dapat memiliki
identitas kebangsaan yang jelas.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Jadi, proses – proses dan
metode sosialisasi politik yang dilakukan secara baik maka akan dapat
menghasilkan suatu hasil yang baik, sehingga masyarakat berkembang yang
disosialisasikan dapat mengetahui dan mengerti apa itu politik serta mengetahui
fungsi politik secara lebih positif. Sehingga masyarakat dapat mengetahui
perannya dalam politik itu sendiri.
3.2
Saran
Segala yang telah dituliskan pada makalah ini
masih jauh dari kata benar apa lagi kata sempurna, karena sudah kodrat manusia
tidak ada yang sempurna. Oleh karena itu, harapan penulis terhadap pembaca agar
dapat memberi kritik dan saran kiranya dalam penulisan makalah ini banyak
terdapat kesalahan atau kekeliruan sehingga penulis dapat memperbaikinya lagi
dan makalah ini dapat mendekati kata sempurna.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar