Makalah Perekonomian Indonesia
phone : 082343368000
Pembahasan
2.1 Sistem Ekonomi Indonesia
1. pengertian sistem
Sistem menurut Chester A.
Bernard, adalah suatu kesatuan yang terpadu secara holistik, yang di dalamnya
terdiri atas bagian-bagian dan masing-masing bagian memiliki ciri dan batas
tersendiri. Suatu sistem pada dasarnya adalah “organisasi besar” yang menjalin
berbagai subjek (atau objek) serta perangkat kelembagaan dalam suatu tatanan
tertentu. Subjek atau objek pembentuk sebuah sistem dapat berupa orang-orang
atau masyarakat, untuk suatu sistem sosial atau sistem kemasyarakatan dapat
berupa makhluk-makhluk hidup dan benda alam, untuk suatu sistem kehidupan atau
kumpulan fakta, dan untuk sistem informasi atau bahkan kombinasi dari
subjek-subjek tersebut.
Perangkat kelembagaan dimaksud
meliputi lembaga atau wadah tempat subjek (objek) itu berhubungan, cara kerja
dan mekanisme yang menjalin hubungan subjek (objek) tadi, serta kaidah atau
norma yang mengatur hubungan subjek (objek) tersebut agar serasi.
2. pengertian -
pengertian sistem ekonomi
Yang dimaksud sistem ekonomi adalah suatu cara untuk
mengatur dan mengorganisasi segala aktivitas ekonomi dalam masyarakat baik yang
dilakukan oleh pemerintah atau swasta berdasarkan prinsip tertentu dalam rangka
mencapai kemakmuran atau kesejahteraan.
Menurut Dumairy : sistem ekonomi adalah suatu sistem yang
mengatur serta menjalin hubungan ekonomi antar manusia dengan seperangkat
kelembagaan dalam ssuatu tatanan kehidupan. Menurut Sanusi : sistem ekonomi
merupakan suatu organisasi terdiri dari sejumlah lembaga yang sling
mempengaruhi satu dengan yang lainnya.
3. Sistem – sistem Ekonomi
a. Sistem Ekonomi Kapitalis
Dalam Sanusi, sistem ekonomi kapitalis adalah suatu sistem
ekonomi dimana kekayaan yang produktif terutama dimiliki secara pribadi dan
produksi terutama dilakukan untuk dijual.
Ciri – ciri sistem
ekonomi Kapitalis :
·
Pengakuan yang luas atas hak pribadi
·
Perekonomian diatur oleh mekanisme pasar
·
Manusia dipandang sebagai mahluk
homo-economicus, yang selalu mengejar kepentingann (keuntungan) sendiri.
Paham individualisme didasarkan materialisme, warisan zaman
Yunani Kuno (disebut hedonisme).
Kebaikan-kebaikan sistem ekonomi Kapitalis
Kebaikan-kebaikan sistem ekonomi Kapitalis
- Lebih efisien dalam memanfaatkan sumber-sumber daya dan distribusi barang-barang.
- Kreativitas masyarakat menjadi tinggi karena adanya kebebasan melakukan segala hal yang terbaik dirinya.
- Pengawasan politik dan sosial minimal, karena tenaga waktu dan biaya yang diperlukan lebih kecil.
Kelemahan-kelemahan sistem ekonomi Kapitalis
- Tidak ada persaingan sempurna. Yang ada persaingan tidak sempurna dan persaingan monopolistik.
- Sistem harga gagal mengalokasikan sumber-sumber secara efisien, karena adanya faktor-faktor eksternalitas (tidak memperhitungkan yang menekan upah buruh dan lain-lain).
b. Sistem Ekonomi Sosialis
Dumairy menjelaskan, sistem ekonomi sosialis adalah adanya
berbagai distorasi dalam mekanisme pasar menyebabkan tidak mungkin bekerja
secara efisien, dan bahwa sistem ini bukanlah sistem ekonomi yang tidak
memandang penting peranan kapital.
Ciri-ciri sistem ekonomi Sosialis :
- Lebih mengutamakan kebersamaan (kolektivisme).
- Peran pemerintah sangat kuat
- Sifat manusia ditentukan oleh pola produksi
Kelemahan-kelemahan sistem ekonomi Sosialis
·
Tidak ada kebebasan memilih pekerjaan
·
Tidak ada insentive untuk kerja keras
·
Tidak menjelaskan bagaimana mekanisme ekonomi
c. Sistem Ekonomi Campuran
Sanusi menjelaskan dalam sistem ekonomi campuran dimana
kekuasaan serta kebebasan berjalan secara bersamaan walau dalam kadar yang
berbeda-beda. Ada pula sistem ekonomi campuran dimana peran kekuasaan
pemerintah relatif besar.
Ciri – ciri sistem
Ekonomi Campuran :
·
Kegiatan ekonomi dilakukan oleh pemerintah dan
oleh swasata
·
Transaksi ekonomi terjadi di pasar, dan ada
campuran tangan pemerintah
·
Ada persaingan serta masih ada control dari
pemerintah
Kadar Kapitalisme dan
Sosialisme
Unsur kapitalisme dan sosialisme yang ada dalam sistem
ekonomi Indonesia dapat dilihat dari sudut berikut ini:
(a) Pendekatan
faktual struktural yakni menelaah peranan pemerintah dalam perekonomian
Pendekatan untuk mengukur kadar campur tangan pemerintah
menggunakan kesamaan Agregat Keynesian.
Y = C + I + G + (X-M)
Y adalah pendatan nasional.
Y adalah pendatan nasional.
Berdasarkan humus tersebut dapat dilihat peranan pemerintah
melalui variable G (pengeluaran pemerintah) dan I (investasi yang dilakukan
oleh pemerintah) serta (X-M) yang dilakukan oleh pemerintah.
Pengukuran kadar pemerintah juga dapat dilihat dari peranan
pemerintah secara sektoral terutama dalam pengaturan bisnis dan penentuan
harga. Pemerintah hampir mengatur bisnis dan harga untuk setiap sector usaha.
(b) Pendekatan
sejarah yakni menelusuri pengorganisasian perekonomian Indoensia dari waktu
ke waktu.
Berdasarkan sejarah, Indonesia dalam pengeloaan ekonomi
tidak pernah terlalu berat kepada kapitalisme atau sosialisme.
Percobaan untuk mengikuti sistem kapitalis yang
dilakukan oleh berbagai kabinet menghasilkan keterpurukan ekonomi hinggá akhir
tahun 1959.
Percobaan untuk mengikuti sistem sosialis yang
dilakukan oleh Presiden I menghasilkan keterpurukan ekonomi hiinggá akhir tahun
1965.
4. Persaingan terkendali
Untuk mengetahui sistem ekonomi yang dianut oleh suatu
negara, maka perlu dianalisis kandungan faktor-faktor tersebut diatas.
Sistem ekonomi Indonesia (sistem persaingan terkendali);
Bukan kapitalis dan bukan sosialis. Indonesia mengakui kepemilikan
individu terhadap sumber ekonomi, kecuali sumber ekonomi yang menguasai hajat
hidup orang banyak dikuasai oleh negara sesuai dengan UUD 45.
Pengakuan terhadap kompetisi antar individu dalam meningkatkan taraf hidup dan antar badan usaha untuk mencari keuntungan, tapi pemerintah juga mengatur bidang pendidikan, ketenagakerjaan, persaingan, dan membuka prioritas usaha.
Pengakuan terhadap penerimaan imbalan oleh individu atas prestasi kerja dan badan usaha dalam mencari keuntungan. Pemerintah mengatur upah kerja minimum dan hukum perburuhan.
Pengelolaan ekonomi tidak sepenuhnya percaya kepada pasar. Pemerintah juga bermain dalam perekonomian melalui BUMN dan BUMD serta departemen teknis untuk membantu meningkatkan kemampuan wirausahawan (UKM) dan membantu permodalan.
Pengakuan terhadap kompetisi antar individu dalam meningkatkan taraf hidup dan antar badan usaha untuk mencari keuntungan, tapi pemerintah juga mengatur bidang pendidikan, ketenagakerjaan, persaingan, dan membuka prioritas usaha.
Pengakuan terhadap penerimaan imbalan oleh individu atas prestasi kerja dan badan usaha dalam mencari keuntungan. Pemerintah mengatur upah kerja minimum dan hukum perburuhan.
Pengelolaan ekonomi tidak sepenuhnya percaya kepada pasar. Pemerintah juga bermain dalam perekonomian melalui BUMN dan BUMD serta departemen teknis untuk membantu meningkatkan kemampuan wirausahawan (UKM) dan membantu permodalan.
2.2 Sejarah Ekonomi
Indonesia
1. Sejarah Pra Kolonialisme
A. Masa Sebelum Penjajahan ( Sebelum Tahun 1600
)
Dinamika perekonomian Indonesia pada masa sebelum penjajahan
dimulai dari jaman pra-sejarah sampai dengan masuknya kolonialisme di
Indonesia. Atas dasar hal itu, maka dinamika perekonomian Indonesia sejalan
dengan perkembangan kehidupan bangsa Indonesia yang diwujudkan melalui
keberadaan kerajaan yang ada di nusantara. Posisi gografis dimana pusat
kerajaan berada beragam dan berakibat pada keragaman corak aktivitas
perekonomiannya.
Kerajaan Kutai terletak pada jalur perdagangan dan pelayaran
antara Barat dan Timur, maka aktivitas perdagangan menjadi mata pencaharian
utama, sehingga rakyat Kutai sudah mengenal perdagangan internasional. Kerajaan
Tarumanegara berada di daerah agraris sehingga kehidupan perekonomian
masyarakat Tarumanegara adalah pertanian dan peternakan. Kerajaan Sriwijaya
berada di pesisir utara Pulau Sumatera dan berada pada urat nadi perdagangan di
Asia Tenggara, sehingga masyarakat Sriwijaya menguasai perdagangan.
Kerajaan Mataram berada bagian tengah Pulau Jawa, posisi ini
membuat masyarakat Mataram bertumpu pada sektor pertanian. Kehidupan ekonomi
masyarakat pada jaman Kerajaan Singasari berbasis pada pertanian, pelayaran,
dan perdagangan. Kerajaan Majapahit dekat dengan pertanian, maka kehidupan
ekonomi masyarakat Majapahit hidup dari pertanian dan perdagangan.
Singkatnya, dalam masa sebelum penjajahan, perekonomian
Indonesia bertumpu pada sector pertanian dan perdagangan.
B. Masa Penjajahan Portugis ( 1509 – 1659 )
Perjalanan historis Portugis dalam menjajah Indonesia
dimulai dengan ekspedisi eksplorasi yang dikirim dari Malaka yang baru
ditaklukan dalam tahun 1512. Bangsa Portugis merupakan bangsa Eropa pertama
yang tiba dikepulauan yang sekarang menjadi Indonesia, dan mencoba untuk
menguasai sumber rempah-rempah yang berharga dan untuk memperluas usaha
misionaris Katolik Roma.
Bangsa Portugis adalah bangsa yang mempunyai keahlian dalam
navigasi, pembuatan kapal, dan persenjataan. Selain itu, bangsa Portugis adalah
salah satu bangsa yang menjadikan perdagangan (khususnya rempah-rempah) menjadi
komoditi ekonomi . pada masa penjajahan Portugis, kondisi perekonomian
Indonesia lebih banyak diwarnai adanya perlawan dari rakyat terhadap Portugis,
karena komoditi rempah-repah yang menjadi andalan rakyat Indonesia dijarah
begitu saja. Sumber daya yang menjadi tumpuan kehidupan masyarakat, menjadi
bagian dari ekspolitasi Portugis.
C. Masa Penjajahan Belanda ( 1602 – 1942 )
Belanda masuk ke Indonesia pada tahun 1602. Hal itu
dilakukan dengan memanfaatkan perpecahan diantara kerajaan-kerajaan kecil yang
telah enggantikan Majapahit. Satu-satunya yang tidak terpengaruh adalah Timor
Portugis, yang tetap dikuasai Potugal hingga 1975 ketika bertintegrasi menjadi
propinsi Indonesia bernama Timor Timur.
Penjajahan Belanda belangsung kurang lebih selama 350 tahun,
3,5 abad. Dibentukya Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) adalah
satu kebijakan dalam bidang ekonomi yang dilakukan Belanda. VOC menguasai
perdagangan, sehingga kewenangan dimilikny, seperti mencetak uang, menyatakan
perang dan damai, membuat angkatan bersenjata sendiri, dan membuat perjanjian
dengan raja-raja. Pada tahun 1795 VOC dibubarkan karena dianggap gagal dalam
mengekspolarasi kekayaan Hindia Belanda (Indonesia). Kegagalan itu Nampak pada
defisitnya kas VOC, yang antara lain disebabkan oleh :
1. Peperangan terus-menerus dilakukan oleh VOC dan
memakan biaya besar.
2. Penggunaan tentara sewaan membutuhkan biaya besar.
3. Korupsi yang dilakukan pegawai VOC sendir
4. Pembagian deviden kepada para pemegang saham,
walaupun kas deficit.
Bubarnya VOC muncul kebijakan baru yang disebut dengan
cultuur stelstel (sistem tanam paksa). Kebijakan ini diberlakukan mulai pada
tahun 1836 yang diinisiasi oleh Van Den Bosch.
Sistem tanam paksa bertujuan memproduksi berbagai komoditi
yang diminta dipasar dunia. Sistem ini sangat merugikan bahkan menyiksa, tetapi
bagi Belanda sangat menguntungkan. Kemudian diganti dengan VOC (sistem tanam
paksa) dahulu sIstem landrent , sIstem ini juga ada sisi positifnya, yaitu
masyarakat pribumi mulai mengenal tata cara menanam tanaman komoditas ekspor
yang pada umumnya bukan tanaman asli Indonesia, dan masuknya ekonomi uang
dipedesaan yang memicu meningkatnya taraf hidup.
Setelah melakukan sistem tanam paksa, kemudian menerapkan
Sistem Ekonomi Pintu Terbuka (Liberal). Kebijakan ini dilakukan kaerna desakkan
kaum Humanis Belanda yang menginginkan perubahan nasib warga bumi kearah yang
lebih baik dengan memdorong pemerintah Belanda mengubah kebijakan ekonominya.
Pada jaman penjajahan Belanda, bangsa Indonesia ibarat hanya dapat menerima
sisa dari kekayaannya sendiri. Segala sumber daya dikeruk bagi keuntungan
Belanda.
2. Sistem Ekonomi Kapitalis Liberal
Sistem ekonomi leiberal-kapitalis adalah suatu sistem yang
memberikan kebebasan yang besar bagi pelaku-pelaku ekonomi untuk melakukan
kegiatan yang terbaik bagi kepentingan individual atau sumber daya-sumber daya
ekonomi atau faktor produksi. Secara garis besar, ciri-ciri ekonomi liberal
kapitalis adalah sebagai berikut :
a. Adanya pengakuan yang luas terhadap hak pribadi
b. Praktek perekonomian di atus menurut mekanisme pasar
c. Praktek perekonomian digerakan oleh motif keuntungan
(profile motife)
3. Era Pendudukan Jepang
Konstelasi peta politik pada masa perang dunia II nampaknya
berimbas pada konstelasi politik di Indonesia, durasi penjajahan Jepang di
Indonesia tidak berlangsung lama, karena hanya berjalan hingga sekitar tahun
1945. Secara besar penjahan Jepang di Indonesia diawali pasa bulan juni 1942.
Bulan Maret 1945 Jepang membentuk Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI). Pertemuan pertamanya pada bulan Mei, Soepomo membicarakan
integrasi nasional dan melawan individualisme perorangan. Pada 9 Agustus 1945
Soekarno, Hatta dan radjiman Widioningrat diterbangkan ke Vietnam untuk bertemu
Marsekal Terauchi.
Kebijakan ekonomi pada jaman penjajahan Jepang, terdiri atas
:
1. Perluasan Areal Persawahan
2. Pengawasan Pertanian Dan Perkebunan.
Perluasan areal persawahan guna meningkatkan produksi beras.
Meskipun demikian produksi pangan antara tahun 1941-1944 terus-menurun. Pada
jaman Jepang hasil pertanian diatur sebagai berikut: 40% untuk petani, 30%
harus dijual kepada pemerintah Jepang dengan harga yang sangat murah, dan 305
harus diserahkan ke lumbung desa. Badan yang menanganimasalah pelanggaran
disebut Kempetei (Korps Polisi Militer), suatu badan yang sangat ditakuti
rakyat. Jepang mengizinkan dua jenis tanaman perkebunan yaitu karet dan kina
kedua jenis tanaman itu berhubungan langsung dengan kepentingan perang.
Sedangkau tembakau, teh, kopi harus dihetikan penanamannya Karena hanya berhubungan
dengan kenikmatan. Jepang menduduki Indonesia hanya tiga tahun setengah,
sedangkan Belanda menjajah Indonesia selama tiga abad.
4. Ekonomi Indonesia setiap Periode
Pemerintahan Orde Lama, Orde Baru, dan Reformasi
a. Masa Orde Lama ( 1945 – 1967
)
Perekonomian Indonesia pada masa orde lama perlu dicermati
karena pada masa tersebut, Indonesia merupakan Negara yang baru saja merdeka.
Dalam masa ini, perkembangan perekonomian dibagi dalam 3 (tiga) masa, yaitu :
1. Masa Kemerdekaan ( 1945 – 1950 )
Keadaan ekonomi pada masa awal kemerdekaan dapat dibilang
sangat tidak menggembirakan. Hal itu terjadi karena adanya inflasi yang
disebabkan oleh beredarnya lebih dari satu mata uang secara tidak terkendali.
Oktober 1946 Pemerintah RI mengeluarkan ORI (Oeang Republik Indonesia) sebagai
pengganti uang Jepang, namun adanya blockade ekonomi oleh Belanda dengan
menutup pintu perdagangan luar negeri mengakibatkan kekosongan kas Negara.
Akibatnya Negara berada dalam kondisi krisis keuangan dan kondisi itu tentu
membahayakan bagi keberlangsungan perekonomian Indonesia pada saat itu.
Dalam menghadapi krisis tersebut, pemerintah menempuh
beberapa kebijakan, yaitu :
1. Pinjaman Nasional
Pinjaman nasional dilakukan oleh menteri keuagan kala itu
dengan persetujuan Badan Pekerja Komiter Nasional Indonesia Pusat (BPKNIP)
mengadakan pinjaman nasional yang akan dikembalikan dalam jangka waktu 40
tahun. Pinjaman ini dimaksudkan agar tersedia dana segar bagi operasionalisasi
penyelenggaraan Negara.
2. Pemenuhan Kebutuhan Rakyat
3. Melakukan Konferensi Ekonomi
Pembahasan mengenai peningkatan hasil produksi pangan,
distribusi bahan makanan, sandang, serta status administrasi perkebunan asing
dilakukan melalui konferensi ekonomi.
4. Membuat Rencana Pembangunan
Dibuat Rencana Lima Tahunan (Kasimo Plan) untuk melengkapi
pembahasan mengenai peningkatan hasil produksi pangan, distribusi bahan
makanan, sandang, serta status perkebunan asing. Dalam dokumen ini meliputi
anjutan memperbanyak kebun bibit dan padi unggul, mencegah penyembelihan
hewan-hewan yang membantu dalam pertanian, menanami tanah terlantar di Sumatra,
dan mengadakan transmigrasi.
5. Membangun Partisipasi Swasta Dalam
Pembangunan Ekonomi
Pemerintah berusaha menggandeng swasta untuk mewujudkan
rencana-rencana diatas.
6. Nasionalisasi Bank Indonesia
Selain kebijakan di atas, muncul pula kebijakan yang dikenal
dengan sebutan Sistem Ekonomi Gerakan Benteng dan Sistem Ekonomi Ali-Baba.
Kondisi perekomiman pada masa ini lebih banyak berkutat pada bagaimana menyelesaikan
permasalahan ekonomi dasar namun hal inipun juga tidak bisa berjalan dengan
baik akibat situasi politik yang tidak stabil.
7. Masa Demokrasi Liberal ( 1950 – 1957 )
Ciri utama masa Demokrasi Liberal adalah sering bergantinya
kabinet. Hal ini disebabkan karena jumlah partai yang cukup banyak tetapi tidak
ada partai yang memiliki mayoritas mutlak dan hal ini kemudian membuat pada
masa ini perekonomian diserahkan sepenuhnya kepada pasar. Dampak dari kebijakan
ini akhirnya hanya memperburuk kondisi perekonomian Indonesia.
Pemerintah terkesan memaksakan sistem pasar dalam
perekonomian, anehnya pemerintah sudah mengetahui dampaknya dan melakukan
berbagai upaya untuk mengatasi kondisi perekonomian. Usaha-usaha tersebut
adalah melalui pemotongan nilai uang, melanjutkan program Benteng, dan
memutuskan hasil Konferensi Meja Bundar (KMB). Pemotongan nilai uang
dimaksudkan untuk mengurangi jumlah uang yang beredar agar tingkat harga turun,
dikenal dengan sebutan Gunting Syarifuddin. Pemerintah juga melanjutkan Program
Benteng (Kabinet Natsir) dengan maksud untuk menumbuhkan wiraswasta pribumi
agar bisa berpartisipasi dalam perkembangan ekonomi nasional dan pembatalan
sepihak atas hasil-hasil KMB, termasuk pembubaran Uni Indonesia-Belanda.
8. Masa Demokrasi Terpimpin ( 1959 – 1967 )
Demokrasi Terpimpin tidak lepas dari sosok Presiden
Soekarno, sehingga pemikiran Soekarno menjadi dasar bagi pelaksanaan demokrasi
terpimpin. Dalam pidato beliau yang berjudul Kembali ke Rel Revolusi terbitlah
pemikiran Soekarno tentang demokrasi terpimpin. Demokrasi Terpimpin benar-benar
terjadi setelah muncul Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Mulai saat itulah Indonesia
menjalankan sistem demokrasi terpimpin. Akibat dari system ini berdampak pada
perubahan struktur ekonomi Indonesia yang akhirnya cenderung berjalan melalui
system etatisme, dimana dalam system ini Negara dan aparatur ekonomi Negara
bersifat dominan serta mematikan potensi dan kreasi unit-unit ekonomi diluar
sektor Negara.
Tidak menunjukkan kondisi perekonomian yang baik justru
berdampak pada adanya devaluasi (penurunan nilai uang yang tujuannya guna
membendung inflasi yang tetap tinggi, mengurangi jumlah uang yang beredar di
masyarakat, serta agar dapat meningkatkan nilai rupiah sehingga rakyat kecil
tidak dirugikan), perlunya membentuk lembaga ekonomi, dan kegagalan dalam
bidang moneter. Pada saat ini dibentuk pula Deklarasi Ekonomi, tujuannya untuk
mencapai tahap ekonomi sosialis Indonesia dengan cara terpimpin.
b. Masa
Orde Baru ( 1967 – 1998 )
Masa Orde Baru identik dengan masa pemerintahan Presiden
Soeharto. Dikenal beberapa tahapan pembangunan yang menjadi agendanya. Orde
Baru mengawali rezimnya dengan menekankan pada prioritas stabilitas ekonomi,
dan politik. Program pemerintah berorientasi pada pengendalian inflasi,
penyelamatan keuangan Negara, dan pengamanan kebutuhan pokok rakyat. Pemerintah
menerapkan kebijakan ekonomi yang baru melalui pendekatan demokrasi pancasila,
dan secara perlahan campur tangan pemerintah dalam perekonomian mulai masuk.
Pentingnya aspek pemerataan disadari betul dalam masa ini
sehingga muncul istilah 8 (delapan) jalur pemerataan sebagai basis kebijakan
ekonominya, yaitu :
1) Kebutuhan Pokok
2) Pendidikan dan kesehatan
3) Pembagian pendapatan
4) Kesempatan kerja
5) Kesempatan berusaha
6) Partisipasi wanita dan generasi muda
7) Penyebaran pembangunan
8) Peradilan
Agar implementasi kebijakan tersebut dapat terlaksana dengan
baik dan terencana, maka kebijakan tersebut dilaksanakan dengan sebutan pola
umum pembangunan jangka panjang (25-30 tahun) dan berlangsung dalam periodisasi
lima tahunan sehingga dikenal dengan sebutan Pelita (Pembangunan Lima Tahun).
Pelita menunjukkan hasil yang signifikan dalam proses pembangunan ekonomi,
terbukti pada tahun 1984 Indonesia berhasil swasembada beras, menurunkan angka
kemiskinanm meningkatkan partisipasi pendidikan, penurunan angka kematian bayi,
dan peningkatan sector industri, berhasil dalam mengendalikan jumpal penduduk
melalui program Keluarga Berencana (KB).
Sisi negatif dari Pelita adalah kerusakan serta pencemaran
lingkungan hidup, kerusakan suber daya alam, ketimpangan pertumbuhan ekonomi
antar daerah, ketimpangan antar golongan pekerjaan, akumulasi utang luar negeri
yang semakin menumpuk serta muncul pula konglomerasi dan bisnis yang sarat
korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Meskipun Orde Baru berhasil meningkatkan pertumbuhan
ekonomi, tetapi fundamental ekonomi justru rapuh. Titik kulminasi keterpurukan
Orde Baru berujung pada mundurnya Soeharto dari kursi presiden pada tanggal 21
Mei 1998.
Terlepas dari berbagai kontroversi tentang perjalanan rezim
Orde Baru, harus diakui bahwa Orde Baru paling tidak telah meletakkan
dasar-dasar perekonomian bagi rezim selanjutnya. Kondisi politik yang relatif
stabil menjadi modal bagi tumbuhnya perekonomian secara baik.
c. Masa
Reformasi (1998 - Sekarang)
Masa reformasi dianggap sebagai tonggak baru perjalanan
kehidupan bangsa Indonesia dari sisi sosial dan politik. Muncul beberapa
kebijakan yang kemudian menjadi landasan bagi perjalanan sejarah Bangsa
Indonesia kedepan. Kebijakan yang paling menonjol adalah adanya pergeseran
pengelolaan pemerintahan dari sentralitis menjadi desentralitis.
1. Masa
Presiden BJ. Habibie ( 21 Mei 1998 - 20 Oktober 1999 )
Salah satu tugas penting Presiden Habibie adalah mendapatkan
kembali komunitas Negara-negara donor untuk program pemulihan ekonomi. Untuk
menyelesaikan krisis moneter dan perbaikan ekonomi Indonesia, BJ Habibie
melakukan langkah-langkah :
1) Melakukan restrukturisasi dan
rekapitulasi perbankan melalui pembentukan BPPN dan unit Pengelola Aset Negara
2) Melikuidasi beberapa bank yang
bermasalah
3) Menaikkan nilai tukar rupiah
terhadap dolar hingga di bawah Rp 10.000,00
4) Membentuk lembaga pemantau dan
penyelesaian masalah utang luar negeri
5) Mengimplementasikan reformasi
ekonomi yang disyaratkan IMF
6) Mengesahkan UU No. 5 tahun 1999
tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan yang Tidak Shat
7) Mengesahkan UU No. 8 tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen
Meski hanya singkat dalam masa pemerintahannya, namun
Habibie menjadi peletak dasar bagi pemerintahan selanjutnya.
2. Masa
Presiden Abdurrahman Wahid / Gus Dur ( 20 Oktober 1999 - 23 Juli 2001 )
Gus Dur memerintah dengan gaya yang agak kontroversial.
Banyak pernyataan-pernyataan yang membuat kebingungan public sehingga berakibat
seringnya muncul perdebatan di public yang tidak memberikan pendidikan bagi masyarakat.
Gus Dur juga gemar melakukan perjalanan ke luar negeri, yang cenderung terkesan
pemborosan. Keterbatasan fisiknya juga mempengaruhi kinerjanya dalam
menjalankan pemerintahan.
Perekonomian kala itu butuh perhatian serius dalam
penanganannya, salah satunya sector moneter dan untuk mengatasi krisis moneter
dan memperbaiki ekonomi Indonesia, dibentuk Dewan Ekonomi Nasional (DEN) yang
bertugas untuk memecahkan perbaikan ekonomi Indonesia yang belum pulih dari
krisis ekonomi yang berkepanjangan.
Kondisi perekonomian Indonesia pada masa pemerintahan
Presiden Abdurrahman Wahid memliki karakteristik sebagai berikut :
1) Dibandingkan dengan tahun
sebelumnya, kondisi perekonomian Indonesia mulai mengarah pada perbaikan, di
antaranya pertumbuhan PDB yang mulai positif, laju inflasi dan tingkat suku
bunga yang rendah, sehingga kondisi moneter dalam negeri juga sudah mulai
stabil.
2) Hubungan pemerintah dengan IMF
kurang baik
3) Sosial dan Politik yang tidak
stabil dan semakin parah yang membuat investor asing menjadi enggan untuk
menanamkan modal di Indonesia
4) Makin rumitnya persoalan ekonomi
ditandai lagi dengan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang
cenderung negative dikarenakan lebih banyaknya kegiatan penjualan daripada
kegiatan pebelian dalam perdagangan saham di dalam negeri
Gus Dur telah menghiasi bagian sejarah perjalanan Bangsa
Indonesia. Di tengah keterbatasan fisiknya dan gaya kontroversinya, Gus Dur
juga telah meletakkan dasar kebijakan yang dapat menjadi pijakan bagi pemerintahan
selanjutnya.
3. Masa
Pemerintahan Megawati Soekarnoputri ( 23 Juli 2001 - 20 Oktober 2004 )
Mewarisi kondisi perekonomian Indonesia yang jauh lebih
buruk daripada masa pemerintahan Gus Dur ditunjukkan dengan adanya inflasi dan
rendahnya pertumbuhan ekonomi Indonesia kurang berkembangnya investor swasta,
baik dalam negeri maupun swasta. Selain itu, nilai tukar rupiah yang masih
fluktuatif dan indeks harga saham gabungan yang cenderung menurun.
Salah satu masalah yang mendesak untuk dipecahkan adalah
pemulihan ekonomi. Untuk mengatasi krisis moneter, Megawati berhasil menaikkan
pendapatan per kapita dan menurunkan kurs mata uang rupiah dibawah Rp 10.000,00
dan untuk mengatasi korupsi dibentuklah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Pada masa kepemimpinan Presiden Megawati, perekonomian
Indonesia mulai mengalami kemajuan walaupun masih ada beberapa kebijakannya
yang memicu banyak kontroversi tetapi Megawati sebagai presiden wanita pertama
di Indonesia menjadi bagian dari perjalanan sejarah bangsa Indonesia.
Keberhasilannya dalam memperbaiki sector moneter, dan membidani terbentuknya
lembaga korupsi jelas merupakan modal berharga bagi pemerintahan selanjutnya.
4. Masa Pemerintahan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono (20 Oktober 2004 - Sekarang )
Merupakan presiden pertama yang dipilih oleh rakyat melalui
Pemilu tahun 2004 dan tahun 2009. Pada masa jabatannya, Indonesia mengalami
sejumlah bencana alam dan menjadi tantangan tambahan bagi Presiden yang masih
bergelut dengan upaya memulihkan kehidupan ekonomi Negara dan kesejahteraan
rakyat.
Kebijakan SBY yang dianggap kontroversial yaitu :
1) Kebijakan mengurangi subsidi BBM
Dilatarbelakangi oleh naiknya harga minyak dunia. Anggaran
subsidi BBM dialhikan ke subsidi sector pendidikan dan kesehatan, serta
bidang-bidang yang mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat.
2) Kebijakan Bantuan Langsung Tunai
(BLT)
Kebijakan ini ditujukan untuk memberikan bantuan langsung
berupa uang tunai kepada masyarakat miskin namun pada kenyataannya kebanyakan
BLT tidak sampai ke tangan yang berhak dan pembagiannya juga banyak menimbulkan
masalah sosial.
Kebijakan lain yang ditempuh adalah untuk meningkatkan
pendapatan perkapita. Kebijakan ini dilakukan melalui pengendalian pembangunan
infrastruktur, melalui ajang pertemuan pengambil kebijakan dan pemangku
kepentingan (tahun 2006). Event ini mempertemukan para investor dengan
kepala-kepala daerah. Dengan semakin banyaknya investasi asing di Indonesia
diharapkan jumlah kesempatan kerja juga akan bertambah.
Perkembangan dalam sector utang luar negeri juga
menggembirakan. Pada pertengahan bulan Oktober 2006 Indonesia melunasi seluruh
sisa hutang pada IMF. Lalu masa ini juga ditandai dengan adanya tingkat
pertumbuhan ekonomi yang signifikan. Namun, tingkat inflasi pada masa ini
sempat membumbung tinggi.
Pada tahun 2010, perumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh
signifikan seiring pemulihan ekonomi dunia pasca krisis global yang terjadi
sepanjang 2008 hingga 2009. Terbukti, perekonomian Indonesia mampu bertahan
dari ancaman pengaruh krisis ekonomi dan finansial yang terjadi di zona Eropa.
Walaupun korupsi dan kemiskinan tetap menjadi masalah di Indonesia namun
setelah beberapa tahun berada dalam kepemimpinan nasional yang tidak menentu,
SBY telah berhasil menciptakan kestabilan politik dan ekonomi di Indonesia.
Era SBY meninggalkan beberapa masalah yaitu implementasi
pembangunan ekonomi terkesan seadanya karena belum muncul strategi yang bisa
membuat perekonomian Indonesia kembali bergairah. Hal ini dibuktikan dengan
masih banyaknya tingkat angka pengangguran dan kemiskinan yang sampai sekarang
masih menjadi perdebatan.
2.3. Pertumbuhan dan
Perubahan Struktur Ekonomi
1. Produk Domestik Bruto ( PDB )
Dalam bidang ekonomi, produk domestik bruto (PDB) adalah nilai pasar semua barang dan jasa yang diproduksi oleh
suatu negara pada periode tertentu. PDB merupakan salah satu metode untuk
menghitung pendapatan nasional.
PDB diartikan sebagai nilai keseluruhan semua barang dan
jasa yang diproduksi di dalam wilayah tersebut dalam jangka waktu tertentu
(biasanya per tahun). PDB berbeda dari produk nasional bruto karena
memasukkan pendapatan faktor produksi dari luar negeri yang bekerja di negara
tersebut. Sehingga PDB hanya menghitung total produksi dari suatu negara tanpa
memperhitungkan apakah produksi itu dilakukan dengan memakai faktor produksi
dalam negeri atau tidak. Sebaliknya, PNB memperhatikan asal usul faktor
produksi yang digunakan.
PDB Nominal merujuk kepada nilai PDB tanpa
memperhatikan pengaruh harga. Sedangkan PDB riil <!-(atau
disebut PDB Atas Dasar Harga Konstan)--> mengoreksi angka PDB nominal dengan
memasukkan pengaruh dari harga.
PDB dapat dihitung dengan memakai dua pendekatan, yaitu
pendekatan pengeluaran dan pendekatan pendapatan. Rumus umum untuk PDB dengan
pendekatan pengeluaran adalah:
PDB
= konsumsi + investasi + pengeluaran pemerintah +
(ekspor - impor)
Di mana konsumsi adalah pengeluaran yang dilakukan
oleh rumah tangga, investasi oleh sektor usaha, pengeluaran
pemerintah oleh pemerintah, dan ekspor dan impor melibatkan
sektor luar negeri.
Sementara pendekatan pendapatan menghitung pendapatan yang
diterima faktor produksi:
PDB
= sewa + upah + bunga + laba
Di mana sewa adalah pendapatan pemilik faktor
produksi tetap seperti tanah, upah untuk tenaga kerja, bunga untuk
pemilik modal, dan laba untuk pengusaha.
Secara teori, PDB dengan pendekatan pengeluaran dan
pendapatan harus menghasilkan angka yang sama. Namun karena dalam praktek
menghitung PDB dengan pendekatan pendapatan sulit dilakukan, maka yang sering
digunakan adalah dengan pendekatan pengeluaran.
2. Pertumbuhan dan Perubahan Struktur
Ekonomi
a. pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi ( Economic Growth )
adalah perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang
dan jasa yang
diproduksikan dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat.
Masalah pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai masalah makro ekonomi dalam
jangka panjang. Perkembangan kemampuan memproduksi barang dan jasa sebagai
akibat pertambahan faktor-faktor
produksi pada umumnya tidak selalu diikuti oleh pertambahan produksi barang dan jasa yang sama besarnya. Pertambahan potensi memproduksi seringkali lebih besar dari pertambahan produksi yang sebenarnya. Dengan demikian perkembangan ekonomi adalah lebih lambat dari potensinya. (Sadono Sukirno, 1994;10).
produksi pada umumnya tidak selalu diikuti oleh pertambahan produksi barang dan jasa yang sama besarnya. Pertambahan potensi memproduksi seringkali lebih besar dari pertambahan produksi yang sebenarnya. Dengan demikian perkembangan ekonomi adalah lebih lambat dari potensinya. (Sadono Sukirno, 1994;10).
Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses
kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk
kenaikan pendapatan nasional.
Perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan apabila jumlah balas jasa riil terhadap penggunaan faktor-faktor produksi pada tahun tertentu lebih besar daripada tahun sebelumnya. Berkelanjutan pertumbuhan ekonomi harus mengarah standar hidup yang lebih tinggi nyata dan kerja meningkat.
Perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan apabila jumlah balas jasa riil terhadap penggunaan faktor-faktor produksi pada tahun tertentu lebih besar daripada tahun sebelumnya. Berkelanjutan pertumbuhan ekonomi harus mengarah standar hidup yang lebih tinggi nyata dan kerja meningkat.
Menurut Sadono
Sukirno (1996: 33), pertumbuhan dan pembangunan ekonomi memiliki
definisi yang berbeda, yaitu pertumbuhan ekonomi ialah proses kenaikan output
perkapita yang terus menerus dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi tersebut
merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan. Dengan demikian makin
tingginya pertumbuhan ekonomi biasanya makin tinggi pula kesejahteraan
masyarakat, meskipun terdapat indikator yang lain yaitu distribusi pendapatan.
Simon
Kuznet mendefenisikan pertumbuhan ekonomi suatu negara sebagai “kemampuan
negara itu untuk menyediakan barang-barang ekonomi yang terus meningkat bagi
penduduknya, pertumbuhan kemampuan ini berdasarkan pada kemajuan teknologi dan
kelembagaan serta penyesuaian ideologi yang dibutuhkannya”.
Indikator yang digunakan untuk menghitung tingkat Pertumbuhan Ekonomi
Indikator yang digunakan untuk menghitung tingkat Pertumbuhan Ekonomi
- Tingkat Pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto)
- Tingkat Pertumbuhan PNB (Produk Nasional Bruto)
Dalam praktek angka, PNB kurang lazim dipakai, yang lebih
populer dipakai adalah PDB, karena angka PDB hanya melihat batas
wilayah,terbatas pada negara yang bersangkutan.
Sumber Kenaikan
Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi umumnya didefinisikan sebagai kenaikan GDP riil per kapita. Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product, GDP) adalah nilai pasar keluaran total sebuah negara, yang merupakan nilai pasar semua barang jadi dan jasa akhir yang diproduksi selama periode waktu tertentu oleh faktor-faktor produksi yang berlokasi di dalam sebuah negara.
Pertumbuhan ekonomi umumnya didefinisikan sebagai kenaikan GDP riil per kapita. Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product, GDP) adalah nilai pasar keluaran total sebuah negara, yang merupakan nilai pasar semua barang jadi dan jasa akhir yang diproduksi selama periode waktu tertentu oleh faktor-faktor produksi yang berlokasi di dalam sebuah negara.
Kenaikan GDP dapat muncul melalui:
1. Kenaikan penawaran tenaga kerja
Penawaran tenaga kerja yang meningkat dapat menghasilkan keluaran yang lebih banyak. Jika stok modal tetap sementara tenaga kerja naik, tenaga kerja baru cenderung akan kurang produktif dibandingkan tenaga kerja lama.
2. Kenaikan modal fisik atau sumber daya manusia
Kenaikan stok modal dapat juga menaikkan keluaran, bahkan jika tidak disertai oleh kenaikan angkatan kerja. Modal fisik menaikkan baik produktivitas tenaga kerja maupun menyediakan secara langsung jasa yang bernilai. Investasi dalam modal sumber daya manusia merupakan sumber lain dari pertumbuhan ekonomi.
3. Kenaikan produktivitas
Kenaikan produktivitas masukan menunjukkan setiap unit masukan tertentu memproduksi lebih banyak keluaran. Produktivitas masukan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor termasuk perubahan teknologi, kemajuan pengetahuan lain, dan ekonomisnya skala produksi. (Case dan Fair, 1999;326)
1. Kenaikan penawaran tenaga kerja
Penawaran tenaga kerja yang meningkat dapat menghasilkan keluaran yang lebih banyak. Jika stok modal tetap sementara tenaga kerja naik, tenaga kerja baru cenderung akan kurang produktif dibandingkan tenaga kerja lama.
2. Kenaikan modal fisik atau sumber daya manusia
Kenaikan stok modal dapat juga menaikkan keluaran, bahkan jika tidak disertai oleh kenaikan angkatan kerja. Modal fisik menaikkan baik produktivitas tenaga kerja maupun menyediakan secara langsung jasa yang bernilai. Investasi dalam modal sumber daya manusia merupakan sumber lain dari pertumbuhan ekonomi.
3. Kenaikan produktivitas
Kenaikan produktivitas masukan menunjukkan setiap unit masukan tertentu memproduksi lebih banyak keluaran. Produktivitas masukan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor termasuk perubahan teknologi, kemajuan pengetahuan lain, dan ekonomisnya skala produksi. (Case dan Fair, 1999;326)
- Perbedaan Pembangunan Ekonomi dengan Pertumbuhan Ekonomi
1. Pembangunan ekonomi
lebih bersifat kualitatif, bukan hanya pertambahan produksi, tetapi juga
terdapat perubahan-perubahan dalam struktur perekonomian.
2. Pertumbuhan ekonomi
keberhasilannya lebih bersifat kuantitatif, yaitu adanya kenaikan dalam standar
pendapatan dan tingkat output produksi yang dihasilkan
- Persamaan Pembangunan Ekonomi dengan Pertumbuhan Ekonomi
1. Kedua-duanya merupakan
kecenderungan di bidang ekonomi.
2. Pokok permasalahan
akhir adalah besarnya pendapatan per kapita.
3. Kedua-duanya menjadi
tanggung jawab pemerintah dan memerlukan dukungan rakyat.
4. Kedua-duanya berdampak
kepada kesejahteraan rakyat
B. Perhitungan Pertumbuhan Ekonomi
Untuk dapat mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi, maka
harus dipahami terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan Produk Domestik Bruto
(PDB) atau Gross Domestic Product (GDP).
PDB atau GDP adalah total produksi barang dan jasa yang
dihasilkan di dalam suatu wilayah pada periode tertentu, misalnya satu tahun.
(Di level provinsi di Indonesia biasanya disebut Produk Domestik Regional
Bruto-PDRB)
PDB jika dibagi dengan jumlah penduduk maka menjadi PDB per
kapita. Ukuran ini lebih spesifik karena memperhitungkan jumlah penduduk serta
mencerminkan kesejahteraan penduduk di suatu tempat.
Ada banyak pendapat mengenai penyebab naik turunnya total
produksi barang dan jasa, namun banyak ahli ekonomi yang setuju akan dua
penyebab berikut ini :
(1) Sumber pertumbuhan. Ahli-ahli ekonomi
sering merujuk pada tiga sumber pertumbuhan, yaitu : (a) peningkatan tenaga
kerja, (b) peningkatan modal, dan (c) peningkatan efisiensidimana kedua faktor
ini digunakan. Jumlah tenaga kerja dapat meningkat jika pekerja yang telah
tersedia bekerja lebih lama, atau jika ada tambahan tenaga kerja baru.
Sedangkan persediaan modal dapat meningkat jika perusahaan mendorong kapasitas
produktifnya dengan menambah pabrik dan peralatan (investasi). Efisiensi
bertambah ketika output yang lebih dapat diperoleh dari jumlah tenaga kerja
dan/atau modal yang sama. Ini sering disebut sebagai Total Factor Productivity (TFP).
(2) Terjadinya penurunan (downturns) pada
ekonomi. Ini menjawab pertanyaan mengapa output dapat turun atau naik lebih
lambat. Secara logika, apapun yang menyebabkan penurunan pada tenaga kerja,
modal, atau TFP akan menyebabkan penurunan pada output atau setidaknya pada
tingkat pertumbuhan output. Misalnya, peristiwa seperti bencana alam,
penyebaran penyakit berbahaya dan kerusuhan.
Lalu bagaimana PDB diukur? Caranya, total nilai berbagai
macam barang dan jasa diagregasikan. Namun karena berton-ton baja tidak mungkin
dijumlahkan begitu saja dengan, misalnya, produksi roti, maka proses agregasi
dilakukan berdasarkan nilai uang produksi barang-barang tersebut. Di Indonesia
PDB diukur setiap tiga bulanan dan tahunan oleh Biro Pusat Statistik (BPS).
Nilai total pendapatan nasional dalam satuan harga sekarang
disebut dengan PDB nominal (PDB atas dasar harga berlaku). Nilainya tentu
berubah dari waktu ke waktu, seiring dengan perubahan kuantitas produksi
barang/jasa atau dalam harga dasarnya.
Jika nilai nominal ini dihitung dalam harga yang tetap atau
dipatok, didapatlah nilai PDB riil (PDB atas dasar harga konstan). Untuk
menghitung nilai riil tersebut dipilihlah satu tahun dasar—misalnya tahun 2000.
Kemudian, nilai semua barang dan jasa dihitung berdasarkan harga masing-masing
yang berlaku pada tahun tersebut. Karena harga barang sudah tetap, PDB riil
dianggap hanya berubah sesuai dengan adanya perubahan kuantitas barang/jasa.
Perubahan PDB ini mencerminkan perubahan kuantitas output
produksi secara riil. Inilah yang sehari-hari disebut dengan pertumbuhan
ekonomi. Jadi yang disebut sebagai “pertumbuhan ekonomi” tidak lain mengacu
pada peningkatan nilai total barang dan jasa yang diproduksi dalam sebuah
perekonomian.
Rumus menghitung pertumbuhan ekonomi adalah sebagai berikut
:
g = {(PDBs-PDBk)/PDBk} x 100%
g = tingkat pertumbuhan ekonomi
PDBs = PDB riil tahun sekarang
PDBk = PDB riil tahun kemarin
PDBs = PDB riil tahun sekarang
PDBk = PDB riil tahun kemarin
Contoh soal :
PDB Indonesia tahun 2008 = Rp. 467 triliun, sedangkan PDB
pada tahun 2007 adalah = Rp. 420 triliun. Maka berapakah tingkat pertumbuhan
ekonomi pada tahun 2008 jika diasumsikan harga tahun dasarnya berada pada tahun
2007 ?
jawab :
g = {(467-420)/420}x100% = 11,19%
C. Manfaat Pertumbuhan Ekonomi
Manfaat Pertumbuhan Ekonomi antara lain sebagai berikut:
- Laju pertumbuhannya untuk mengukur kemajuan ekonomi sebagai hasil pembangunan nasional Pendapatan perkapitanya dipergunakan untuk mengukur tingkat kemakmuran penduduk, sebab semakin meningkat pendapatan perkapita dengan kerja konstan semakin tinggi tingkat kemakmuran penduduk dan juga produktivitasnya.
- Sebagai dasar pembuatan
proyeksi atau perkiraan penerimaan negara untuk perencanaan pembangunan
nasional atau sektoral dan regional. Sebagai dasar penentuan prioritas
pemberian bantuan luar negari oleh Bank Dunia atau lembaga internasional
lainnya.
Sebagai dasar pembuatan prakiraan bisnis, khususnya persamaan penjualan bagi perusahaan untuk dasar penyusunan perencanaan produk dan perkembangan sumbur daya (tenaga kerja dan modal). (Dornbuch, R dan Fischer, S, 1994:649-651)
b. Perubahan Struktur Ekonomi
Istilah Kuznets, perubahan struktur ekonomi disebut
transpormasi struktural, artinya rangkaian perubahan yang saling terkait satu
dengan yang lainnya dalam komposisi AD, perdagangan luar negeri (ekspor dan
impor), AS (produksi dan penggunaan faktor produksi yang diperlukan guna
mendukung pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan (Chenery,
1979)
1. Teori dan Bukti Empiris
Teori perubahan struktural
menitikberatkan pembahasan pada mekanisme transpormasi ekonomi yang ditandai
oleh LDCs, yang semula lebih bersifat subsistence dan menitikberatkan pada
sektor pertanian menuju ke struktur perekonomian yang lebih modern, yang
didominasi oleh sektor-sektor nonprimer. Ada 2 teori yang umum digunakan dalam
penganalisis perubahan struktur ekonomi.
a. Teori Migrasi (Arthus Lewis),
bahwa wkonomi suatu negara pada
dasarnya terbagi menjadi 2 yaitu: Perekonomian Tradisional dipedesaan yang
didominasi oleh sektor pertanian Perekonomian Modern diperkotaan dengan
industri sebagai sektor utama. Di pedesaan karena pertumbuhan penduduknay
tinttgi, maka terjadi kelebihan L dan tingkat hidup masyarakat berada pada
kondisi subsistence. Kelebihan L ini ditandai dengan produk marjinalnya yang
nilainya nol dan tingkat upah riil (w) yang rendah. Rumus ini juga berlaku bagi
perekonomian Modern.
Rumusnya :
LPD = Fd(WP’ YP) (2,25)
LPS = Fs(wp) (2,26)
LPD = LPD = LP (2,27)
Persamaan (2,25), permintaan L
(LPD) yang merupakan suatu fungsi negatif dari tingkat upah (wp) (Fd’wp>0)
dan positif dari volume produksi pertanian (Yp) (Fd’Yp>0). Persamaan (2,26)
, penawaran L (LPS) yang merupakan suatu fungsi positif dari tengkat upah
(Fw’wp). Sedang persamaan (2,27) mencermintakn keseimbangan di pasar L, yang
menghasilkan tingkat w (W setelah dikoreksi dengan inflasi) dan jumlah L
tertentu.
b. Teori Transpormasi struktural
(Hollis Chenery)
Teori ini mempokuskan pada
perubahan struktur dalam tahapan proses perubahan ekonomi di LDCs, yang
mengalami transportasi dari pertanian tradisional ke sektor industri sebagai
mesin utama penggerak pertumbuhan ekonomi.
Perubahan struktur ekonomi
berbarengan dengan pertumbuhan PDB yang merupakan total pertumbuhan NT dari
semua sektor ekonomi dapat dijelaskan dengan industri dan pertanian NTB
masing-masing, yakni NTBi dan NTBp yang membentuk PDB :
PDB = NTBi + NTBp
Berdasarkan model ini, kenaikan
produksi sektor industri manufaktur dinyatakan sama besarnya dengan jumlah
empat faktor berikut :
a. Kenaikan permintaan domestik,
yang memuat permintaan langsung untuk produk industri manufaktur plus efek
tidak langsung dari kenaikan permintaan domestik untuk produk sektor-sektor
lainnya terhadap industri manufaktur.
b. Perluasan ekspor atau efek
ttal dari kanaikan jumlah ekspor terhadap produk idustri manufaktur.
c. Substitusi imfor atau efek
total dari kenaikan proporsi permintaan di tiap sektor yang dipenuhi lewat
produksi domestik terhadap output industri manufaktur.
d. Perubahan teknologi, atau efek
total dari perubahan koefisien infut-outfut di dalam perekonomian akibat kenaikan
upah dan tingkat pendapatan terhadap sektor industri manufaktur.
Faktor-faktor internal yang
membedalakn kelompok LDCs yang mengalami transisi ekonomi yang sangat pesat
adalah
a. Kondisi dan struktur awal
ekonomi dalam negeri
b. Besarnya pasar dalam negeri
c. Pola distribusi pendapatan
d. Karakteristik dari
industrialisasi
e. Keberadaan SDA
f. Kebijakan perdagangan luar
negeri
2. Kasus Indonesia
Kalau dilihah dari Orde Baru
hingga sekarang, dapat dikatakan bahwa proses perubahan struktur ekonomi Indonesia
cukup pesat. Data BPS menunjukan bahwa tahun 1970, NTB dari sektor pertanian
menyumbang sekitar 45% terhadap pembentukan PDB, dan pada dekade 1990-an hanya
tinggal sekitar 16% hingga 20%. Menurutnya pangsa pertanian dalam permbentukan
PDB selama periode tersebut disebabkan oleh laju pertumbuhan output (rata-rata
pertahun) di sektor tersebut relatif lebih rendah dibandingkan laju pertumbuhan
output disektor-sektor lain.
3. Pertumbuhan Ekonomi selama Orde Baru hingga
saat ini
Era Orde Baru (1966 -
1997)
Pada masa transisi ini, perekonomian Indonesia masih tidak
menentu. Dari segi ekonomi saja banyak sekali masalah pelik yang diwariskan
oleh orde lama kepada orde baru. Untuk menyelamatkan perekonomian ini,
pemerintah menetapkan beberapa langkah prioritas kebijakan ekonomi dengan
membagi dalam program jangka pendek dan jangka panjang.
Program jangka pendek ditempuh dalam dua tahun dengan empat
tahap penyelamatan. Setelah dua tahun, dilanjutkan dengan program jangka
panjang yang terdiri atas rangkaian Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita)
yang berjalan penuh hingga Pelita VI, sedangkan pelita VII sempat berjalan satu
anggaran tahun saja.
Pada era orde baru baru ini, terjadi krisis yang
berkelanjutan dari krisis moneter, krisis ekonomi, krisis politik, hingga
krisis sosial yang selalu diwarnai aksi demonstrasi mahasiswa. Aksi-aksi
mahasiswa ini berujung turunnya Presiden Soeharto dari jabatannya yang menandai
runtuhnya rezim orde baru. Selama rezim orde baru tersebut pembangunan
diarahkan pada pencapaian Trilogi Pembangunan yang termasuk dalam rangkaian
Pelita. Pada Pelita VI yang seharusnya direncanakan sebagai era pembangunan
ekonomi tinggal landas (take off). Namun yang awalnya sektor pertanian sebagai
penyumbang utama terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), kemudian digantikan oleh
sektor industri pengolahan. Langkah ini ternyata gagal, bukannya menjadi
penghasil devisa, industri pengolahan ini malahan menjadi penghambur devisa.
Strategi industrialisasi import yang diterapkan pemerintah
Indonesia ternyata telah gagal membawa perekonomian Indonesia tinggal landas
dan mengurangi kesenjangan dengan negara-negara maju.
Perekonomian Indonesia malahan semakin terpuruk karena
fundamentalnya kurang kuat memegang sektor industri. Berarti dalam kasus ini,
teori Fedrich List telah terbukti, bahwa di daerah berhawa tropis hanya cocok
untuk sektor ekonomi pertanian.
Masa Reformasi (1998
- sekarang)
Krisis moneter yang belanjut dengan krisis ekonomi masih
belum bisa dipisahkan pada masa reformasi ini. Walaupun ada pertumbuhan ekonomi
sekitar 6% untuk tahun 1997 dan 5,5% untuk tahun 1998, namun belum menunjukkan
tanda-tanda pemulihan karena laju inflasi masih tinggi yaitu sekitar 10%. Hal
berbeda terjadi pada tahun 1999 yang sudah mengalami pertumbuhan positif, pada
tahun 1998 seluruh sektor masih mengalami pertumbuhan negatif.
Sejak tahun 1999
hingga sekarang, pertumbuhan ekonomi Indonesia semakin menunjukan kearah yang
menggembirakan. Di bawah kepemimpinan yang demokratis, pertumbuhan ekonomi
Indonesia terus mengalami pemulihan. Dari sini, Indonesia telah mendapatkan
pengakuan di mata dunia hingga dinobatkan sebagai terbaik ketiga di dunia.
Bahkan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, ke depannya menargetkan
pertumbuhan ekonomi selama 2010-2014 rata-rata sekitar 6,3 bahkan 6,9% persen per tahun dengan pertumbuhan di tahun
2010 sebesar 7% - 7,2%. Namun tetap saja, semuanya dikembalikan lagi pada
fluktuasi stabilitas sosial, politik, dan keamanan bangsa. Jika tidak terjadi
pasang surut, maka semuanya bisa berjalan dengan lancar.
Namun yang sangat membingungkan dari tahapan perkembangan
ekonomi Indonesia adalah sebelum Indonesia menyelesaikan tahap Lepas Landas
(take off), Indonesia langsung meloncat ke arah Konsumsi Tinggi (the age of
high mass consumtion) seperti sekarang ini. Munculnya banyak masyarakat yang
konsumtif di daerah perkotaan tanpa peduli dengan keadaan ekonomi bangsa. Belum
lagi tingkat belanja para pejabat Negara yang tinggi sekali dengan memakai uang
rakyat. Tentunya hal ini tanpa melewati tahap gerakanke arah kedewasaan (the
drive of maturity).
4. Faktor penentu Prospek Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia
1.
Faktor-Faktor Internal
Faktor-faktor tersebut diantaranya, kondisi perbankan realisasi RAPBN 2003, terutama yang menyangkut beban pembayaran bunga utang pemerintah dan pengeluaran stimulus pasca tragedi Bali, hasil pertemuan CGI yang sempat ditunda akibat tragedi Bali, kebijakan ekonomi pemerintah terutama dalam bidang fiskal dan moneter, serta perkembangan ekspor nasional.
Kesiapan dunia usaha Indonesia dalam menghadapi AFTA 2003 juga akan berpengaruh terhadap prospek pertumbuhan ekonomi nasional lewat pengaruhnya terhadap prospek perkembangan neraca perdagangan yang berarti saldo transaksi berjalan.
Faktor-faktor non ekonomi : politik san sosial, keamanan (terutaman enyangkut apa yang akan dilakukan pemerintah untuk mencegah tidak terulangnya lagi tragedi Bali), dan hukum (terutama yang berkaitan langsung dengan kegiatan bisnis dan pelaksana otonomi daerah). Perbaikan fundamental ekonomi tidak disertai kstailan politik dan keamanan yang memadai, serta kepastian hukum.
2.
Faktor-Faktor Eksternal
Faktornya diantaranya adalah prospek perekonomian dan perdagangan dunia 2003, kondisi politik global, terutama efek-efek dari perang AS-Irak dan krisis senjata nuklir Korea Utara. Perang AS dan Irak akan berdampak pada efek haraga minyak dan penurunan ekspor serta penundaan pengiriman TKI ke wilayah Timur Tengah, sedang efek dari kore Utara, jika terjadi perang besar-besaran jelas akan mengganggu arus perdagangan dan investasi di Asia Tenggara dan Timur khusunya dan dunia pada umumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar